1. Volume Lalu Lintas Barang
Volume lalu lintas barang tahun 2002 yang ditangani oleh pelabuhan-pelabuhan di bawah Pengelolaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV (18 pelabuhan) adalah kurang lebih 87,5 juta Ton. Volume ini mengalami penurunan kurang lebih 3,34% dari tahun sebelumnya (90,5 juta ton), namun selama periode 1997-2002 mengalami pertumbuhan 3,81%. Penurunan ini terjadi pada penanganan muatan dermaga khusus. Volume barang yang masuk (dibongkar) melalui dermaga umum adalah ± 8,45 juta ton atau 62,35% lebih besar dari barang yang keluar (dimuat) 4,1 juta ton atau 37,65%.
Volume Lalu lintas barang pada tahun 2002 di dermaga umum menurut jenis perdagangan terdiri atas perdagangan luar negeri meliputi ekspor sebanyak 1,45 juta ton atau 10,71% dan impor sebanyak 1 juta ton atau 7,36%, dan perdagangan dalam negeri meliputi bongkar sebanyak 7,45 juta ton atau 54,99% dan muat sebanyak 3,65 juta ton atau 26,94 %.
Lalu lintas petikemas juga telah merambah ke hampir seluruh pelabuhan, dan secara keseluruhan persentase barang yang dikemas setiap tahunnya mengalami peningkatan tajam dari 25.24% pada tahun 1997 menjadi 46.32% pada tahun 2002 yaitu dari 13,55 juta ton barang sebanyak 6.28 juta ton diantaranya telah dikemas dalam petikemas. Persentase barang yang dikemas dalam petikemas di Pelabuhan Balikpapan telah mencapai 80,79%, Samarinda (74,83%), Ambon (65,7%), Bitung (61,25%), Pantoloan (56,23%), Makassar (40,03%) dan pelabuhan-pelabuhan lainnyapun persentasenya sudah mulai meningkat.
2. Lalu Lintas Penumpang
Secara umum angkutan penumpang yang melakukan embarkasi dan debarkasi pada ke-18 pelabuhan di wilayah Pelindo IV meningkat rata-rata 7,93% per tahun dari 4,56 juta penumpang tahun 1997 menjadi 6,68 juta penumpang tahun 2002. Penurunan drastis terjadi pada tahun-tahun terakhir yaitu sekitar 7,97% (periode 2001-2002). Lalu lintas penumpang embarkasi dan debarkasi yang menggunakan kapal-kapal PELNI di KTI selama kurun waktu tahun 1995-2002 kecenderungan meningkat, meskipun peningkatan yang terjadi pada sebagian besar pelabuhan-pelabuhan utama masih berlangsung secara fluktuatif.
Hal ini diakibatkan oleh krisis ekonomi yang moneter sejak tahun 1997 yang disusul oleh krisis sosial pada beberapa wilayah di wilayah Kawasan Timur Indonesia yang berdampak negatif terhadap permintaan pergerakan orang dan atau barang serta terjadinya peralihan penumpang ke pesawat udara akibat persaingan tarif. Pelabuhan di Pulau Papua di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV menampakkan peningkatan jumlah penumpang secara terus menerus, begitupula terhadap pelabuhan-pelabuhan cabang Parepare, Kendari, dan Gorontalo. Pelabuhan-pelabuhan Makassar, Balikpapan, dan Bitung nampak menurun akibat persaingan tarif angkutan udara. Meskipun demikian, tetap terjadi perbedaan kecenderungan antara jumlah penumpang embarkasi dan debarkasi di setiap pelabuhan.
Kecenderungan lalu lintas penumpang di beberapa wilayah propinsi dalam lingkup KTI yang akan menggunakan angkutan laut pada masa mendatang diperkirakan cukup besar khususnya di kawasan-kawasan Pulau Papua dan Maluku, oleh karena biaya transportasi laut relatif rendah dibanding penggunaan moda angkutan udara dan angkutan darat. Meskipun hal ini tetap bergantung pada kondisi geografis masing-masing wilayah serta kebijakan pemerintah di tingkat nasional maupun propinsi dan kabupaten/kota. Pola kecenderungan arus penumpang tahun 2000-2002 menunjukkan penurunan atau pertumbuhan negatif. Perkiraan arus penumpang diasumsikan hampir sama dengan pertumbuhan penduduk berkisar antara 2,1% - 3,24%.
Comments
Post a Comment